Pada zaman dahulu semua hewan dapat berbicara Iayaknya manusia. Mereka hidup bersama di dalam hutan belantara. Di antara hewan-hewan itu terdapat seekor ular yang sombong. Karena kesombongannya, banyak hewan yang tidak mau bersahabat dengan si ular.
Pada suatu hari kerbau dan ular bertemu di pinggir hutan. Kata si ular, “Wahai kerbau, jika kuperhatikan, tubuhmu memang besar. Namun, aku sangsi apakah kekuatanmu itu juga besar seperti besarnya tubuhmu itu”
Si kerbau terlihat sangat jengkel mendengar ucapan si ular. Jawabnya, “Tentu saja kekuatanku juga besar. Bahkan, kekuatanku jauh lebih besar dibandingkan kekuatan tubuhmu yang kurus, kecil, lagi panjang mirip tali itu!”
Si ular menjadi marah. “Betapa sombongnya engkau ini, hei kerbau!” hardiknya.
“Justru engkau itulah yang sombong!” sergah si kerbau tak mau mengalah. “Tak pernah aku meragukan kemampuan kekuatanmu, namun engkau yang memulai dengan meragukan kekuatanku. Begitu pun engkau menyebutku sombong? Bukankah engkau itulah yang terkenal sombong selama ini?”
Si ular kian marah. Katanya untuk memamerkan kekuatannya, “Jika aku membelit tubuh hewan, meskipun hewan itu besar tubuhnya, aku jamin tubuhnya pasti remuk. Tulang-tulangnya akan hancur. Hewan itu akan mati dan akhirnya bisa kumangsa:’
Meski si ular berbicara dengan sombongnya, si kerbau hanya menanggapi dengan senyum sinisnya. “Hanya begitu kemampuanmu yang sangat engkau sombongkan itu?” tanyanya.
Si ular kian murka. Kemampuan dirinya yang menurutnya hebat, serasa dilecehkan si kerbau. “Apakah menurutmu kekuatanmu itu mampu melebihi kekuatanku?” tanyanya dengan suara galak.
“Seperti yang telah kusebutkan tadi, kekuatanku jauh lebih besar dibandingkan kekuatanmu,” jawab si kerbau. “Tidakkah engkau mengetahui kekuatan tubuhku untuk membajak sawah. Tidakkah engkau melihat jika bangsa manusia menggunakan bangsaku untuk menarik barang-barang yang sangat berat? Itu semua telah jelas menunjukkan bahwa kekuatanku jauh lebih besar daripada kekuatanmu. Tidak perlu aku harus membelit seperti yang engkau lakukan, karena hanya dengan dengusan napasku saja aku telah dapat meremukkan tubuh hewan yang berani menggangguku! Apakah itu masih belum cukup bukti bagimu bahwa aku lebih kuat dibandingkan dirimu?”
“Jangan karena tubuhmu besar lantas engkau menyangka engkau lebih kuat dari aku!” seru si ular “Kita bisa buktikan, siapa di antara kita yang Iebih kuat.”
Si kerbau menerima tantangan si ular. “Siapa yang lebih dahulu menunjukkan kekuatannya?” tanya si kerbau kian menunjukkan tantangannya.
“Karena tubuhku lebih kecil, baiklah aku yang memulai,” jawab si ular.
Si kerbau mengiyakan.
Si ular lalu membelit tubuh kerbau. Dikerahkannya segenap kemampuan dan kekuatannya agar dapat lebih kuat membelit. Ia terus berusaha mengerahkan kekuatannya, namun si kerbau tampak tidak terpengaruh. Si kerbau terlihat tenang-tenang saja.
“Apakah engkau telah mengerahkan segenap kemampuan kekuatanmu?” tanya si kerbau.
“Ya!” sahut si ular dengan bangga. “Apakah engkau masih kuat menahan belitanku?”
Si kerbau tertawa. “Lihatlah sendiri,” katanya, “Belitanmu masih terlalu lemah untuk melumpuhkanku. Jangankan remuk tulang-tulangku, Bahkan aku tidka merasakan sakit. Sekarang coba kau kerahkan seluruh kemampuanmu.”
Sia-sia si ular mengerahkan kekuatannya karena si kerbau tetap mampu bertahar Si ular akhirnya menyerah setelah berusah keras. “Sekarang giliranmu untuk menunjukkan kekuatanmu, kerbau,” katanya.
“Baiklah,” jawab si kerbau.
Si kerbau menghembuskan napasnya kuat-kuat. Si ular merasakan kesakitan yang sangat padà tubuhnya. Semakin keras hembusan napas kerbau, makin sakit dirasakan si ular. Si ular merasakan tulang-belulangnya remuk dan belitannya pun seketika itu terlepas. Tubuh si ular jatuh ke atas tanah karena tak mampu lagi menghadapi hembusan napas kerbau.
Si ular tak berdaya …
“Bagaimana, ular? Bukankah telah terbukti jika kekuatanku jauh melebihi kekuatanmu?”
Si ular akhirnya menyadari, kesombongannya selama itu tidak berguna. Ia ternyata benar-benar tidak berdaya menghadapi kerbau. Kekuatannya yang selama itu disombongkannya ternyata tidak berpengaruh pada kerbau. Ia pun menyadari kesalahannya.
Si ular akhirnya berjanji untuk tidak mengganggu kerbau hingga ke anak cucunya kemudian. Si kerbau pun juga berjanji untuk tidak mengganggu ular hingga ke anak cucunya kelak. “Satu lagi pintaku,” kata si kerbau, “Jangan engkau dan anak cucumu mengganggu para penggembala kerbau. Apakah engkau bersedia untuk berjanji?”
Si ular menyatakan kesediaannya
Pesan moral dari Kumpulan Cerita Dongeng Anak Sebelum Tidur Dari Sulawesi Selatan : Kisah Ular Dan Kerbau adalah kesombongan dan memandang rendah orang lain hanya akan merugikan diri sendiri. Orang yang sombong akan menemui kehancurannya yang sangat menyakitkan di kemudian hari.